
"Seperti apa ?" tanyaku ?
"Memang jaman sudah edan, semuanya serba kebalik, .... "
dan diapun meneruskan
keluhannya.
Kalau jaman memang sudah
kebalik, maka balik saja cara berpikirmu agar selaras dirimu dengan hidup ini.
Kalau selama ini memikirkan
waktu makan, sekarang mulai pikirkan kapan waktu tidak makan alias puasa.
Bila selama ini kita mengisi
hidup dengan fokus mengumpulkan, coba fokus pada memberi.
Jika selama ini di agenda
tertulis hal-hal yang penting dan serius maka saatnya memasukan hal-hal yang
selama ini kita anggap santai dan relaxing.
Bila alarm berbunyi pertanda
meeting dengan seseorang, waktunya men set alarm untuk meeting dengan diri
sendiri.
Stephen Covey pernah berkata
"jangan prioritaskan jadwalmu, namun jadwalkan prioritasmu"
Apakah prioritas kita dalam
hidup ini?
Mendapatkan materi atau
mendapatkan kedamaian pikiran?
Menjadi sibuk, atau menikmati
pengalaman sebagai manusia?
Menjadi tenar atau tenang?
Ingin pening atau bening?
Kita semua sudah tahu
jawabannya, kita tidak memerlukan pengetahuan ini, dan yang lebih tidak perlu
lagi adalah keluhan yang
terlontar tiap hari bahwa hidup sulit, bos pelit, omongan berbelit, perut
melilit.
Yang kita perlu adalah
keberanian menatap ego kita yang ingin selalu terlihat benar dan hebat.
Beranikah kita memutuskan
untuk menjalani hidup lebih sederhana, bersahaja dan bersahabat.
Maukah kita mulai mengedukasi
bagian yang selalu iri dalam diri untuk ikut senang dan berbahagia ketika
melihat orang lain lebih sukses dan kaya?
Beranikah kita melepas harapan
untuk dipuji, dikagumi, dihormati, dikenal atau bahkan dikenang, dan menjadi
orang biasa?
Dijaman dimana setiap orang
ingin menjelma menjadi sosok luar biasa, menjadi biasa mungkin adalah
satu-satunya jalan diluar kebiasaan.